Tuesday, October 1

Perbandingan Pendidikan di Maroko dan Brunei Darussalam



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Setiap negara mempunyai kondisi pendidikan yang berbeda, baik hal itu mencakup sejarah, sistem pendidikan maupun kebijakannya. Selain itu setiap negara juga memiliki persamaan yang mencakup keadaan pendidikannya. Semua negara di dunia memberikan pengaruhnya terhadap pendidikan di Indonesia. Negara-negara Islam juga memiliki peran dalam mengembangkan pendidikan umum maupun pendidikan agama Islam terhadap pendidikan di Indonesia.
Sistem pendidikan Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan dengan Brunei Darussalam. Persamannya yaitu terletak pada sistem untuk pendidikan  menengah pertama. Sedangkan perbedaannya yaitu pada sistem pendidikan untuk tingkat menengah atas dan pada penggunaan bahasa inggris dalam proses belajar mengajar.[1]
Brunei Darussalam memiliki sistem pendidikan dengan pola A7-3-2-2 yang melambangkan lamanya masa studi untuk masing-masing tingkatan pendidikan, seperti 7 tahun tingkat dasar, 3 tahun tingkat menengah pertama, 2 tahun tingkat menengah atas, dan 2 tahun pra universitas.[2]
Antara pendidikan di Indonesia dan Maroko juga memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu pendidikan di Indonesia dan Maroko sama-sama mengutamakan pendidikan agama Islam.[3] Sedangkan perbedaannya yaitu pada pelaksanaan pendidikan. Jika pendidikan di Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, maka di Maroko berlandaskan Dahir (undang- undang yang dikeluarkan oleh raja) yang diuraikan dalam undang-undang departemen pendidikan nasional Maroko.[4]
Melalui makalah ini Kami akan membahas lebih lanjut mengenai pendidikan di Brunei Darussalam dan Maroko. Serta perbandingan pendidikan di Brunei Darussalam dan Maroko.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pendidikan di Maroko?
2.      Bagaimana pendidikan di Brunei Darussalam?
4.     Bagaimana perbandingan pendidikan di Maroko dan Brunei Darussalam?

C.     Tujuan Pembahasan masalah
1.      Untuk mengetahui pendidikan di Maroko.
2.      Untuk mengetahui pendidikan di Brunei Drussalam.
3.      Untuk mengetahui pendidikan di Indonesia.
4.     Untuk mengetahui perbandingan pendidikan di Maroko, Brunei Darussalam dan Indonesia.














BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pendidikan di Maroko
Maghrib (bahasa Arab) yang lebih dikenal dengan nama Maroko (berasal dari bahasa Prancis ‘’Maroc’’) adalah negeri Ilmu. Di negara inilah al-Qurawiyien sebagai universitas tertua di dunia berada, sekaligus bumi ulama dan para wali –yang dikenal oleh dunia internasional—. Mereka banyak yang lahir dan besar di negeri ini. Termasuk salah satu Wali Songo Indonesia, yang bernama Syekh Maulana Muhammad Malik al- Magribi (w. 1435) aslinya berasal dari negeri ini. Kata “al-Magribi” merupakan identitas bahwa beliau dari negeri ini.
99% warga Maroko beragama Islam, selebihnya memeluk agama Yahudi dan Nasrani. Jumlah rakyat Maroko sekitar 30 juta jiwa. Bahasa resmi negara adalah bahasa Arab, sedangkan bahasa keduanya adalah bahasa Perancis, Spanyol dan Barbar. Walaupun bahasa Perancis merupakan bahasa kedua, namun penggunaannya, baik di bidang administrasi negara maupun sebagai bahasa pengantar pendidikan, kadangkala melebihi bahasa resmi, yaitu bahasa Arab. Sekarang dipimpin oleh raja berusia 38 tahun bernama Muhammad as-Sadis (Muhammad generasi keenam).
1).  Sejarah Pendidikan
Semasa Rasulullah saw. masih hidup dan era-era berikutnya, proses pendidikan belum terorganisir dalam lembaga pendidikan madrasah, tetapi masih berlangsung di masjid.[5]
Pada awal sejarah Islam, kegiatan keilmuan yang terorganisir dalam bentuk madrasah berasal dari kegiatan majlis ta’lim di masjid-masjid. Hampir setiap masjid mempunyai seorang pemimpin ilmu yang disebut sheikh, yang mengajarkan ilmu-ilmu agama (Qur’an, Hadits, Akhlak, Fiqih) diantara waktu-waktu shalat di masjid-masjid.[6]
Lembaga pendidikan yang terbilang sangat modern dan tertua di dunia yang didirikan oleh Fatimah Al Fihri, puteri dari seorang saudagar bernama Muhammad Al Fihri di Fez, Maroko, adalah Universitas Al-Qarawiyyin. Lembaga ini didirikan pada tahun 859 M. Guiness Book of Record (Museum Rekor Dunia) mencatat, lembaga ini merupakan perguruan tinggi pertama di dunia yang memberikan gelar kesarjanaan.[7]
Awalnya, Universitas Al-Qarawiyyin adalah sebuah komunitas Qairawaniyyin, masyarakat pendatang dari airawan, Tunisia di Kota Fez (Maroko). Komunitas ini membuat diskusi-diskusi kecil di sebuah masjid dan banyak diikuti para penduduk sekitar. Materi yang dibahas semakin meluas, baik bidang agama maupun umum. Beragam bidang yang disajikan mampu menarik perhatian para pelajar dari berbagai belahan dunia. Sejak itulah, aktivitas keilmuan di Masjid Al-Qarawiyyin berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi.[8]
2)   Sistem dan Jenjang Pendidikan
Seiring dengan perkembangan zaman, telah diadakan reformasi di bidang pendidikan demi perbaikan dan efisiensi anggaran yang dialokasikan bidang ini. Untuk lebih jelasnya pembahasan sistem pendidikan di Maroko akan dipaparkan sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada.
Pada dasarnya, jenjang pendidikan di Maroko tidak jauh berbeda dengan sistem pendidikan yang ada di negara lain, yaitu dapat dibagi kepada dua bagian:
a) Pendidikan Dasar dan Menengah
(1). Pendidikan Dasar (Ta’lim Asasi) dengan sembilan  tahun masa belajar, yang terdiri dari:
      1. Ibtidaiyah (Sekolah Dasar) selama enam tahun.  
      2. I’dadiyah (Sekolah Menengah Pertama) selama tiga tahun.
  Pada kedua jenjang pendidikan ini, materi masih bersifat paket dan tidak ada spesialisasi. Bahasa pengantar pada umumnya menggunakan bahasa Arab, kecuali beberapa materi pelajaran yang diajarkan dengan bahasa Perancis. Dalam jenjang ini, para siswa lebih banyak ditekankan pada hafalan dan praktek menjawab soal yang berupa pekerjaan rumah (PR).
(2). Pendidikan Menengah Tingkat Atas yang ditempuh selama tiga tahun.
Pada jenjang ini, terdapat dua jurusan, yaitu:
                 1. ‘Ilmi (Ilmu Pasti dan Ilmu Alam)
                 2. Adabi (Ilmu Sosial dan Bahasa)
2. Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi terbagi kepada tiga program, yaitu:
         (1) Strata 1(Undergraduate).
Program ini semula ditempuh dalam masa empat tahun termasuk penulisan skripsi dengan bimbingan seorang dosen. Mulai tahun 2004, diterapkan peraturan baru menjadi tiga tahun.
         (b) Strata 2 (program S2).
Untuk program strata 2  ada dua program yaitu:
              1. Program D.E.S.S (Diplome des Etudes  Superieur Specialité)
              2. Program D.E.S.A (Diplome des Etudes Superieur Approfondis)
         (c) Strata 3 (Program S3).
Dalam Program Strata 3 atau Program Doktoral, mahasiswa harus menyiapkan Disertasi yang dibimbing salah seorang dosen dalam masa antara tiga sampai lima tahun.
Jurusan yang ada pada Program Starata 2 dan Strata 3 umumnya tidak permanen dan selalu berubah sesuai dengan kebutuhan yang ada.
  
3) Metode Pendidikan Perguruan Tinggi
Secara singkat, sistem pendidikan universitas al-Qurawiyien, atau perguruan tinggi lainnya di Maroko, semuanya menekankan kepada pemahaman tekstual, hafalan dan analisa. Bagi Program SI dan S2 wajib mengikuti setiap jam kuliah, karena absensi berpengaruh terhadap kelulusan. Bagi program SI dan S2 ini, setiap minggu para dosen selalu memberi tugas rutin kepada mahasiswa untuk membuat karya tulis. Awalnya, sistem yang digunakan adalah sistem paket, bukan semester, sehingga jika seorang mahasiswa tidak lulus dalam satu mata kuliah, maka dia dianggap gugur dan wajib mengulang semua mata kuliah. Namun sejak tahun 2003, diterapkan sistem semester.
  
B.     Pendidikan di Brunei Darussalam
Brunei Darussalam merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sangat makmur. Brunei Darussalam dipimpin oleh seorang sultan yang sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan. Dalam bidang pendidikan, pemerintah Brunei Darussalam lebih mengutamakan pada penciptaan SDM yang berakhlak, beragama dan menguasai teknologi. [9]
1.      Sejarah Pendidikan
Pendidikan formal di Brunei dimulai tahun 1912 dengan mulai dibukanya Sekolah Melayu di Bandar Brunei (Bandar Seri Begawan sekarang). Kemudian diikuti dengan pembukaan sekolah- sekolah lainnya di wilayah Brunei Muara, Kuala Belait dan Tutong. Sebelumnya pada 1916, masyarakat Tionghoa telah mendirikan sekolah sendiri di Bandar Seri Begawan.[10]
Pada tahun 1966, sekolah Melayu pada tingkat pendidikan menengah dibuka di Belait. Tahun 1979 pendidikan TK yang merupakan bagian tingkat dasar mulai diterapkan di Brunei. Sedangkan Universiti Brunei Darussalam didirikan pada tahun 1985 sebagai lembaga tertinggi di bidang pendidikan.[11]
Sejak tahun 1984 kurikulum pendidikan nasional mewajibkan para siswa untuk menguasai dwi bahasa yaitu bahasa Melayu dan Inggris. Bahasa Melayu digunakan untuk mengajar mata pelajaran bahasa Melayu, pengetahuan Agama Islam, pendidikan jasmani, lukisan dan pertukangan tangan. Sedangkan bahasa Inggris digunakan untuk mengajar mata pelajaran seperti Sains, Matematik, Geografi, Sejarah dan Bahasa Inggris itu sendiri.[12]

2.    Sistem Pendidikan
Pemerintah Brunei menetapkan tiga bidang utama dalam pendidikan, yaitu: sistem dwibahasa di sekolah, konsep Melayu Islam Beraja dalam kurikulum sekolah dan peningkatan sumber daya manusia termasuk pendidikan kejuruan dan teknik.
Sistem pendidikan umum di Brunei Darussalam memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara commonwealth lainnya, seperti Inggris, Malaysia dan Singapura. Sistem ini menggunakan pola A7-3-2-2 yang melambangkan lamanya masa studi untuk masing- masing tingkatan pendidikan, seperti 7 tahun tingkat dasar, 3 tahun tingkat menengah pertama, 2 tahun tingkat menengah atas, dan 2 tahun pra universitas.[13]
Untuk tingkat dasar dan menengah pertama, sistem pendidikan Brunei tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Pendidikan dasar bertujuan memberikan kemampuan  dasar  bagi murid-murid  dalam menulis, membaca,  dan  berhitung disamping membina dan mengembangkan karakter pribadi.[14]
Setiap anak berumur 5 tahun  diwajibkan memasuki TK selama setahun sebelum diterima di SD kelas 1. Kenaikan tingkat dari TK ke SD dilakukan secara otomatis. Di tingkat SD, mulai dari kelas 1 dan seterusnya setiap murid akan mengikuti ujian akhir tahun dan hanya murid yang berprestasi saja yang dapat melanjutkan ke kelas berikutnya. Sementara yang gagal harus tinggal kelas dan sesudah itu baru mendapat kenaikan kelas otomatis. Setelah mengikuti pendidikan dasar 7 tahun, murid yang lulus ujian akhir dapat melanjutkan pendidikannya ke SLTP selama 3 tahun.[15] Dan selanjutnya mengikuti ujian pada tahun ketiga.
Bagi siswa yang lulus ujian akhir SLTP akan memiliki pilihan, yaitu:[16]
a.    Dapat meneruskan ke tingkat SLTA.
Bagi siswa SLTA, di tahun ke-2 siswa akan menjalani ujian penentuan tingkat yang dikenal BCGCE (Brunei Cambridge General Certificate of Education) yang terdiri dari 2 tingkat yaitu tingkat AO dan AN. Bagi siswa yang berprestasi baik akan mendapat ijazah tingkat AO artinya siswa dapat meneruskan pelajaran langsung ke pra-universitas selama 2 tahun untuk mendapatkan ijazah Brunei Cambridge Advanced Level Certificate tingkat AA. Sementara itu, siswa tingkat AN harus melanjutkan studinya selama setahun lagi dan kemudian baru dapat mengikuti ujian bagi mendapatkan ijazah tingkat AO.
b.   Dapat meneruskan sekolah kejuruan
Bagi siswa tamatan SLTP yang tidak ingin melanjutkan pelajarannya ke universitas dapat memilih sekolah kejuruan seperti perawat kesehatan, kejuruan teknik dan seni, kursus-kursus atau dapat terjun langsung ke dunia kerja.
Di antara pendidikan yang paling penting bagi setiap manusia adalah pendidikan Islam. Pihak kerajaan Brunei sangat mengutamakan pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam mulai diberikan kepada anak- anak sejak mereka belum sekolah sampai ke universiti. Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang melatih kepekaan para peserta didik untuk bersikap berdasarkan spiritual Islam.[17]
Pendidikan formal di Brunei dimulai tahun 1912 dengan mulai dibukanya Sekolah Melayu di Bandar Brunei (Bandar Seri Begawan sekarang). Kemudian diikuti dengan pembukaan sekolah lain tahun 1918 di wilayah Brunei-Muara, Kuala Belait dan Tutong khusus untuk murid laki-laki berusia 7-14 tahun dengan kurikulum pelajaran mencakup membaca dan menulis dalam bahasa Arab dan Latin.Sebelumnya tahun 1916, masyarakat Tionghoa telah mendirikan sekolah sendiri di Bandar Seri Begawan. Baru pada tahun 1931 sekolah dasar swasta pertama berbahasa Inggris berdiri di Seria. Sampai dengan tahun 1941, jumlah sekolah di Brunei mencapai 32 buah yang terdiri dari 24 sekolah Melayu, 3 sekolah swasta Inggris, 5 sekolah Cina dengan jumlah murid 1.714 orang dan 312 orang murid wanita.
Pada tahun 1966, sekolah Melayu pada tingkat pendidikan menengah dibuka di Belait. Tahun 1984 kurikulum pendidikan nasional mewajibkan para siswa untuk menguasai dwibahasa yaitu bahasa Melayu dan Bahasa Inggris. Puncaknya berupa berdirinya Universiti Brunei Darussalam tahun 1985 sebagai lembaga tertinggi di bidang pendidikan.
Prioritas utama Pemerintah untuk membawa Brunei menuju kearah kemajuan dan pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia di dalam era globalisasi ini, adalah meningkatkan sektor pendidikan  termasuk pendidikan teknik dan kejuruan dimana sistem dan kurikulumnya selalu ditinjau ulang.
Program  pendidikan  diarahkan untuk  menciptakan manusia yang berakhlak dan beragama dan menguasi teknologi.  Pemerintah telah menetapkan  tiga  bidang utama dalam  pendidikan, yaitu :
a.   Sistem dwibahasa di semua sekolah
b.   Konsep Melayu Islam Beraja (MIB) dalam kurikulum sekolah
c.   Peningkatan serta perkembangan sumber daya manusia
 Sejak tahun 1984 Negara Brunei Darussalam telah memperkenalkan dasar pendidikan dwibahasa bagi menjamin pelajar berkebolehan dalam menguasai kedua-dua bahasa iaitu bahasa Melayu dan bahasa Inggeris. Mulai dari peringkat pra-sekolah hingga darjah III, bahasa pengantar bagi semua mata pelajaran adalah bahasa Melayu kecuali mata pelajaran English Language.
Daripada darjah IV dan seterusnya pelajar akan mengikuti pengajaran yang menggunakan dua bahasa. Bahasa Melayu digunakan bagi mengajar mata pelajaran Bahasa Melayu, Pengetahuan Agama Islam, Pendidikan Jasmani, Lukisan dan Pertukangan Tangan, Sivik, dan MIB (Melayu Islam Beraja). Manakala bahasa Inggeris pula digunakan bagi mengajar mata pelajaran seperti Sains, Matematik, Geografi, Sejarah, dan Bahasa Inggeris itu sendiri. Persekolahan di peringkat rendah hinggalah universiti bagi sekolah-sekolah kerajaan adalah percuma bagi rakyat dan penduduk tetap Brunei Darussalam. Jumlah keseluruhan hari persekolahan adalah antara 202 dan 210 hari setahun. Terdapat empat (4) penggal persekolahan sepanjang persekolahan antara Januari hingga Disember. Sehingga tahun 2001 kadar kenal huruf di Negara Brunei Darussalam berada pada tahap 92.5%.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Sistem pendidikan di Maroko memiliki beberapa penjenjangan. Diantaranya: Maktab/Kuttab dan Madrasah, yang  merupakan bentuk lanjutan dari sistem maktab.
2.      Sistem pendidikan umum di Brunei Darussalam memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara commonwealth lainnya, seperti Inggris, Malaysia dan Singapura. Sistem ini menggunakan pola A7-3-2-2 yang melambangkan lamanya masa studi untuk masing- masing tingkatan pendidikan. Bagi siswa yang lulus ujian akhir SLTP akan memiliki pilihan, yaitu dapat meneruskan ke tingkat SLTA dan dapat meneruskan sekolah kejuruan.
3.      Persaman pendidikan Brunei dan Maroko adalah kedua-duanya mengutamakan pendidikan agama islam. Perbedaanya di Brunei Darussalam sistem pendidikan sudah lebih modern dari pada di Maroko

B.     Saran
1.     Untuk para pendidik sebaiknya lebih bisa mengenali berbagai macam perubahan yang terjadi dalam lingkungan social yang dapat mempengaruhi kualitas peserta didik.
2. Untuk peserta didik sebaiknya mampu meningkatkan pengetahuan yang mendukung perubahan positif dalam proses pendidikan.



[1]Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras, 2011, hal. 191.
[2]Ibid, hal. 189.
[5] Binti maunah, Perbandingan Pendidikan Islam. . . ., hal. 180.
[6] Ibid.
[8] Ibid.
[9]Ibid, hal. 186-187.
[10] Ibid, hal. 195.
[11] Ibid.
[12] Ibid, hal. 192.
[13]Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras…., hal. 189.
[15] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras…., hal. 189.
[16] Ibid, hal. 190.
[17] Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf dalam Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta, Teras, 2011, hal. 196.