Monday, May 23

RINGKASAN TENTANG ALIRAN FILSAFAT : KANTIANISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME DAN POSITIVISME


TUGAS FILSAFAT

RINGKASAN TENTANG ALIRAN FILSAFAT :
KANTIANISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME
DAN POSITIVISME



Oleh :
Syamsuddin


UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
Jl. Lamong Rejo No.58 Lamongan
DAFTAR PUSTAKA


Daftar Pustaka………………………………………………………………           i

A.        Pendahuluan…………………………………………………………….          1
I.      Latar belakang……………………………………………………….          1
II.   Rumusan Masalah…………………………………………………...          1
B.        Pembahasan
I.           Kantianisme……………………………………………………….           2
II.        Pragmatisme………………………………………………………            2
III.      Eksistensialisme………………………………………………..…            4
IV.      positivisme………………………………………………………..            5
C.        Penutup
I.           Kesimpulan……………………………………………………….            7
II.        Saran……………………………………………………………...            7

Daftar Pustaka……………………………………………………………..            8









i
A.                  PENDAHULUAN

I.               Latar Belakang
Dalam perkembangan pemikiran dewasa ini terjadi pergolakan yang menjadikan manusia memikirkan bagaimana asal dari berbagai pemikiran yang bisa mengubah paradigma seseorang.
Dalam dunia ilmu pengetahuan yang tidak mengalami pergeseran nilai adalah filsafat dari pemikiran sebelum socrates sampai filsafat dewasa ini muncul berbagai aliran yang memberikan definisi tentang kehidupan. Diantara aliran besar abad 19 adalah Kantianisme, Pragmatisme, Eksistensialisme dan Posfitivisme. Kiranya mempelajari aliran tidak hanya bisa dilihat dari satu sudut pandang masih ada banyak corak-corak yang dikembangkan oleh generasi yang selanjutnya namun semuanya tidak akan lepas dari dasar filsafatnya itu sendiri. Perkembangan aliran filsafat memungkinkan orang membuat sebuah sekte yang di dalamnya mengandung agama ataupun malah meniadakan agama sama sekali disini menarik untuk diulas lebih dalam.
Sebagai acuan untuk mempelajari filsafat penulis membuat ringkasan tentang ajaran yang sampai sekarang masih dipergunakan di beberapa negara sebagai dasar pembentukan idiologi negara sebut saja pragmatisme yang dikembangkan di Cina, eksistensialisme dipergunakan di Amerika dan daerah lainnya.

II.             Rumusan Masalah
1.      Apakah aliran Kantianisme itu?
2.      Apakah aliran Pragmatisme  dan apa ajarannya?
3.      Apakah aliran Eksistensialisme itu?
1
4.      Apakah aliran Positifisme itu?
2
B.                  PEMBAHASAN

I.          Kantianisme
Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan bentuknya (format) yang lebih bebas dari corak spekulasi filsafati dan otonom. Aliran-aliran tersebut antara laian: positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, kantianisme,
neo-tomisme dan fenomenologi.
Kantianisme mengacu luas untuk jenis kembali dari filsafat sepanjang garis yang ditetapkan oleh Immanuel Kant pada abad ke-18. "kembali ke Kant" gerakan dimulai pada 1860-an, sebagai reaksi terhadap materialis kontroversi dalam pemikiran Jerman di tahun 1850-an.
Kantianisme adalah paham dimana setiap kita mengambil keputusan, kita harus membayang kan bagaimana bila kita adalah pihak yang dirugikan. Paha mini menjelaskan bahwa bila memang harus dilakukan sebuah tindakan, maka tindakan itu dilakukan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain.

II.        Pragmatisme
 Istilah pragmatisme berasal dari kata Yunani "pragma" yang berarti perbuatan atau tindakan. "Isme" di sini sama artinya dengan isme-isme yang lainnya yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian pragmatisme berarti: ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Kreteria kebenarannya adalah "faedah" atau "manfaat". Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori adalah benar if it works ( apabila teori dapat diaplikasikan). Kendati pragmatisme merupakan filsafat Amerika, metodenya bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, Socrates sebenarnya ahli dalam hal ini, dan Aristoteles telah menggunakannya secara metodis. John Locke (1632 - 1704), George Berkeley (1685 - 1753), dan Dayid Hume (1711 - 1776) mempunyai sumbangan yang sangat berarti dalam pemikiran pragmatis ini.
3
Untuk mengetahui lebih jauh ajaran pragmatisme alangka baiknya kita mempelajari tokoh-tokoh yang menpopulerkan dan pandangannya :
1.     C.S. Peirce (1839-1914)
secara umum orang memakai istilah pragmatisme sebagai ajaran yang mengatakan bahwa suatu teori itu benar sejauh sesuatu mampu dihasilkan oleh teori tersebut. Misalnya sesuatu itu dikatakan berarti atau benar bila berguna bagi masyarakat. Pragmatisme Peirce yang kemudian hari ia namakan pragmatisme lebih merupakan suatu teori mengenai arti (Theory of Meaning) daripada teori tentang kebenaran (Theory of Truth).
Menurut Peirce kebenaran itu ada bermacam-macam. la sendiri membedakan kemajemukan kebenaran itu sebagai berikut :
Pertama, transcendental truth yang diartikan sebagai letak kebenaran suatu hal itu bermukim pada kedudukan benda itu sebagai benda itu sendiri. Singkatnya letak kebenaran suatu hal adalah pada "things as things ".
Kedua, complex truth yang berarti kebenaran dari pernyataan-pernyataan. Kebenaran kompleks ini dibagi dalam dua hal yaitu kebenaran etis disatu pihak dan kebenaran logis dilain pihak.
Ketiga, yaitu ide tentang kaitan salah satu bentuk pasti dari obyek yang diamati oleh penilik. Peirce menamai ide ini ide ketigaan. Secara praktis, kekhasan pragmatisme Peirce merupakan suatu metode untuk memastikan arti ide-ide di atas.
2.     William James
James adalah tokoh pragmatisme yang lebih terkenal daripada Peirce. Dialah yang mempublikasikan ajaran pragmatisme. Dalam tokoh ini, pragmatisme mencapai keradikalannya.
Dalam kata pengantar buku The Will to Believe (1903), James menulis sikap filsafatnya sebagai empirisme radikal. Dengan empirisnya James memaksudkan sebagai pandangan yang "contented to regard its most assured conclusions concerning matters of future experience ".
4
Segi radikalnya terletak dalam perlakuannya terhadap ajaran monisme. Seperti kita ketahui, monisme adalah teori yang mengatakan bahwa dunia ini merupakan suatu entitas saja yang unik. Kebanyakan orang terutama kaum filosof abad lalu memperlakukan tidak demikian.
Keradikalannya, justeru karena ajaran monisme sendiri ia perlakukan sebagai hipotesis. Pahamnya mengenai monisme adalah keanekaragaman hal yang membentuk suatu kesatuan yang dapat dimengerti.
3.     John Dewey (1859-1952)
Kekhususan filsafatnya terutama berdasarkan pada prinsip "naturalisme empiris atau empirisme naturalis". Istilah "naturalisme" ia terangkan sebagai pertama-tama bagi Dewey akal budi bukanlah satu-satunya pemerosesan istimewa dari realitas obyektip secara metafisis. Pokoknya Dewey menolak untuk merumuskan realitas berdasar pada pangkalan perbedaan antara subyek yang memandang obyek.
Dewey lebih mau memandang proses intelektual manusia sebagaimana berkembang dari alam. Menurut Dewey, akal budi adalah perwujudan proses tanggap antara rangsangan dengan tanggapan panca indera pada tingkat biologis. Rangsangan tersebut aslinya dari alam, manusia mula-mula bertindak menurut kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Setelah refleksinya bekerja, ia mulai berhenti dan tidak mau hanya asal beraksi saja terhadap lingkungan. Mulailah ia mempertanyakan lingkungan alam itu. Selama itu pulalah proses tanggapan berlangsung terus. Berkat proses ini, terwujud adanya perubahan dalam lingkungan.

III.     Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
5
Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free", manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas?.

IV.      positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan. Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme, yaitu:
1. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.
2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal pada tahun 1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.
6
3. Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

7
C.                  PENUTUP

I.          Kesimpulan
1.       Kantianisme adalah paham dimana setiap kita mengambil keputusan, kita harus membayang kan bagaimana bila kita adalah pihak yang dirugikan.
2.       pragmatisme berarti: ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Kreteria kebenarannya adalah "faedah" atau "manfaat".
3.       Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar.
4.       Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.

No comments: