PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku, dengan pengertian
bahwa tingkah laku atau aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi kehidupan
psikis. Tingkah laku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu
tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau
rangsang yang mengenai individu atau organisme itu. Tingkah laku atau aktivitas
itu merupakan jawaban atau respon terhadap stimulus yang mengenainya.[1]
Berbagai
penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk
mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan
perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri
seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan
takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai
situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal
yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini
bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan,
menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan
pengembangan karier.[2]
Seorang
antropolog an seorang pesikolog, Cylde Kluchohn dan Henry Murray (1954), pernah
menyatakan bahwa setiap orang dalam segi tertentu adalah (a) seperti semua
orang lain, (b) seperti sejumlah orang lain, (c) seperti tak seorang lain pun
(Supratiknya, 1993). Dari ketiga kondisi tersebut, yang terakhirlah terutama
yang telah meransang usaha mengembangkan teori-teori kepribadian di bidang
psikologi.[3]
Dalam
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tidak akan lepas dari
teori-teori. Ada banyak teori yang diperkenalkan diantaranya teori kepribadian
psikoanalisis, teori sifat dan yang lainnya. Untuk itu penulis memberikan
rumusan masalah sebagai berikut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaiman Formulasi Tingka laku?
2.
Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian menurut
berbagai teori?
PEMBAHASAN
A.
Formulasi Tingkah Laku
Sebagaimana diketahui bahwa tingkah laku atau aktivitas yang ada
pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya. Tetapi sebagai
akibat dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenai individu atau
organisme itu. Tingkah laku atau aktivitas itu merupakan jawaban atau respon
terhadap stimulus yang mengenainya. Karena itu kadaan ini dapat diformulasikan
sebagai R = f (S, O), dengan pengertian bahwa R adalah respons; f = fungsi; S =
stimulus; dan O = organisme. Formulasi ini berarti bahwa respons merupakan
fungsi atau bergantung pada stimulus dan organisme (Woodworth dan Schlosberg,
1971). Namun selanjutnya dikemukakan oleh Woodworth dan Schlosberg bahwa apa
yang ada dalam diri organisme itu yang berperan memberikan respons adalah apa
yang telah ada pada diri organisme, atau apa yang telah pernah dipelajari oleh
organisme yang bersangkutan. Degan kata lain yaitu apa yang telah ada terdahulu
dalam diri bersangkutan, yaitu anteseden atau di singkat dengan A. karena itu
formulasi yang semula berbentuk R = f (S, O) disempurnakan atau diubah menjadi
R = f (S, A) (Woodworth dan Schlosberg, 1971).[4]
Namun demikian formulasi tesebut bukanlah satu-satunya formulasi
mengenai tingkah laku atau respons organisme terhadap stimulus yang
mengenainya. Formulasi lain mengenai tingkah laku didapati formulasi yang
berbentuk B = f (E, O), dengan pengertian bahwa B = behavior atau tingkah laku;
f = fungsi; E = Environment atau lingkungan; dan O = Organisme. Pada dasarnya
formulasi ini tidak berbeda dengan formulasi di atas yaitu bahwa tingkah laku
itu tergantung dari linkungan dan organisme itu sendiri. Namun hubungan antara
E dan O belum nampak begitu jelas. Karena itu untuk lebih memperjelas hubungan
antara E dan O, maka formulasi lain muncul yaitu formulasi yang berbentuk B = f
(E O),
yaitu bahwa tingkah laku itu bergantung atau fungsi dari lingkungan interaksi
organisme. Yang dimaksud dengan interaksi di sini ialah saling berhubungan
antara lingkungan dan organisasi. Namun menurut Bandura bahwa antara tingkah
laku, lingkungan dan organisme atau person itu sebenarnya satu dengan yang lain
saling pengaruh mempengaruhi. Karena itu Bandura mengajukan formulasi yang lain
lagi yaitu berbentuk:
Formulasi ini memberikan pengertian bahwa tingkah laku (B), lingkungan
(E) da Organisme person atau (P) saling berpengaruh satu dengan yang lain
seperti yang dikemukakan diatas. Tingkah laku akan berpegaruh pada lingkungan
dan tingkah laku; demikian pula lingkungan akan berpengaruh pada tingkah laku
dan personal organisme.[5]
Dari uraian diatas yang menunjukkan adanya berabagai macam
formulasi mengenai tingkah laku, namun dapatlah dikemukakan bahwa dalam tingkah
laku organisme itu tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan dan organisme itu
sendiri.[6]
Dalam Al-Quran terdapat penjelasan
yang menginpirasikan bahwa semua yang ada di dunia ini saling berpengaruh satu
dengan yang lain seperti penjelasan tentang kerusakan alam akibat perbuatan
manusia itu sendiri. Juga lingkungan ini memberikan pendidikan karakter yang
sangat berpengaruh pada kepribadian seseorang.
B.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kepribadian Menurut Berbagai Teori
Jika dalam satu segi seseorang sama seperti kebanyakan atau bahkan
semua orang maka kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam sistuasi
tertentu berdasarkan pengalaman kita sendiri. Tetapi kenyataannya, dalam
berbagai maca segi setiap orang adalah unik, khas.[7]
Manusia sebagai makhluk hidup merupakan makhluk yang lebih sempurna bila
dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Selain manusia dipengaruhi
oleh keadaan sekitarnya, yang terikat oleh hukum-hukum alam, manusia juga
dipengaruhi atau ditentukan oleh kemampuan-kemampuan yang ada dalam diri
manusia itu sendiri. Manusia sebagai makhluk hiudup, merupakan yang dinamika
dalam pengertian bahwa manusia dapat megalami perubahan-perubahan. Tingkah laku
manusia dapat berubah dari waktu ke waktu.[8]
Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kepribadian banyak
terdapat macam-macam pendapat dari para ahli, sehingga pendapat-pendapat ini
menimbulkan macam-macam teori. Sedikitnya ada sembilan teori yaitu
psikoanalisis, neopsikoanalisis, interpersonal, sifat, perkembangan,
humanistik, kognitif, behaviorisme, dan bidang terbatas. Dalam makalah akan
diuraikan empat teori yang utama.[9]
1.
Teori Kepribadian Psikoanalisis
Teori ini dikembangkan oleh Freud. Freud mambangun model
kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain.
Konflik dasar dari ketiga konflik kepribadian tersebut menciptakan energi
psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang
menuntun pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, superego.
Meskipun memiliki ciri-ciri, perinsip kerja, fungsi dan sifat yang berbeda,
ketiga sistem ini merupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam
mempengaruhi perilaku manusia.[10]
Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera
implus biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai
bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati
nurani; suara hati) memiliki standar moral pada individu. Jadi, jeas bahwa
teori psikoloanalisis Freud, ego ini harus menghadapi konflik antara id (yang
berisi naluri seksual dan agresif yang selalu meminta disalurkan) dan superego
(yang berisi naluri larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya,
ego masih harus mempertimbangkan realitas di duania luar sebelum menampilkan
perilaku tertentu.[11]
Dalam perkembangannya kepribadian melewati tahap psikoseksual
(seperti oral, anal, falik) dan harus memecahkan konflik oedipal, saat anak
kecil memandang orang tua berjenis kelamin sama sebagai saingan untuk
mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya berjenis kelamin lain. Namum bagi
Erikson meski mengakui id, ego dan superego berpendapat yang terpenting
bukanlah dorongan seks dan bukan pula konflik antara id dan superego. Bagi
Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan, dan periakunya
dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif bukan pasif yang dikemukakan Freud
dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak dipengaruhi oleh
faktor sosial dari pada dorongan seksual.[12]
2.
Teori-teori sifat (Trait Theories)
Teori sifat ini juga dikenal teori-teori tipe (type theories) yang
menekankan aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap.
Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau
sifat-sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku relatif
tetap dari situasi ke situasi.[13]
Allport menekankan bahwa keunikan seseorang hanya satu-satunya yang
dimiliki orang tersebut. Namun, ada satu fokus yang kuat ketika koknitif
internal dan proses motivasional seseorang mempengaruhi dan menyebabkan
perilaku. Struktur internal ini terdiri atas berbagai refleks, dorongan,
kebiasaan dan kemampuan, kepercayaan, sikap, nilai, intensi, dan sifat.[14]
Bagi Allport, sifat adalah sesuatu yang sesungguhnya eksis, namun
tidak terlihat. Itu terletak dalam bagian tertentu dalam sistem saraf. Meskipun
tidak terlihat kita dapat merasakan kehadirannya dengan mengamati konsestensi
dari perilaku seseorang. Allport membedakan sifat umum (general trait) dan
kecenderungan pribadi (persoal disposition). Dia juga membagi sejumlah
perbedaan di antara berbagai jenis sifat, yaitu:[15]
a.
Sifat-sifat kardinal (cardinal traits), sifat-sifat ini merupakan
karakteristik yang meresap dan dominan dalam kehidupan seseorang.
b.
Sifat-sifat sentral (central trait), sifat-sifat ini merupakan
karakteristik yang kurang mengontrol tetapi tidak kalah penting.
c.
Sifat-sifat sekunder (secunder traits), sifat-sifat ini merupakan
karakteristik periferal dalam individu.
Sheldon
mengumpulkan sifat menjadi tiga:[16]
1)
Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai vicerotonia yang tinggi,
memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang,
toleran, lamban, santai, pandai bergaul.
2)
Somatonia. Individu dengan sifat somatonia yang tinggi memiliki
sifat-sifat seperti suka berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi,
membutuhkan aktifitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan
perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh.
3)
Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan
bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut
kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi, bila sedang
dirundung masalah, ia memiliki reaksi yang cepat dan susah tidur.
3.
Teori Kepribadian Behaviorisme
Dalam pandangannya, penyelidikan tentang kepribadian melibatkan
pengamatan yang sistematis dan sejarah belajar yang khas, serta latar belakang
genetis yang unik dari individu. Menurut Skines, individu adalah organisme yang
memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen
penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point yang
faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan
akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut. Studi mengenai
kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara
tigkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya.[17]
Skiner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk
mengontrol perilaku. Teknik tersebut adalah:[18]
a.
Pengekangan fisik (physical restraints)
Misalya
beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan
orang lain. Ada yang mengunakan bentuk lain dengan berjalan menjauh.
b.
Bantuan fisik (physical aids)
Msalnya
pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak mengantuk saat perjalanan
jauh
c.
Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
Misalnya
kita menggunakan kaca cermin untuk berlatih menguasai tarian yang sulit
d.
Manipulasi kondisi emosional (manipulating emotical condition)
Misalnya
beberapa orang menggunakan teknik meditasi untuk menghilangkan stress
e.
Melakukan respon-respon lain(performing alternative responses)
Misalnya
untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai
dengan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.
f.
Menguatkan diri secara positif (pisitive self-reinforcement)
Misalnya
seorang pelajar menghadia diri sendiri karena kerja keras dan dapat
menyelesaikan ujian dengan baik, dengan menonton film bagus.
g.
Menghukum diri sendiri (self punishment)
Misalnya
karena gagal ujian dengan baik dia menghukum diri sendiri dengan cara
menyendiri dan kembali belajar dengan giat.
4.
Teori Psikologi Kognitif
Awal dari teori ini adalah ikut teori Gestalt. Menurut pendapat
teori ini bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekadar
mengandalkan diri pada apa yang diterima dari pengindraannya, tetapi masukan
dari pengindraan itu diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk
diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku. Kurt Koffka
membuktikan sipanse dapat mengambil pisang yang terletak di luar kandangnya
dengan menyambungkan dua pipa walaupun dia belum pernah mendapatkan pengalaman
tentang itu.[19]
Pandangan teori koknitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian
manusia tudak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu dengan lain saling
terkait dalam lapangan kesadaran (koknisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan
fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam koknisi manusia.
Bahkan, degan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor di luar diri dimasukkan
(diwakilkan) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.[20]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Formulasi-formulasi menentukan tingkah laku yang diperkenalkan memberikan
pengertian bahwa tingkah laku dalam satu sisi dipengaruhi oleh organisme dan
stimulus atau organisme dan antiseden. Namun hal yang lebih baik adalah tingkah
laku dipengaruhi oleh organisme dan lingkungan. Ketiganya saling berpengaruh
dan memberikan timbal balik satu dengan yang lain.
2.
Dari berbagai teori dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian dipengaruhi
dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam yaitu Id, ego, superego
diperkenalkan oleh teori kepribadian pesikoanalisis atau dari sifat oleh teori
sifat dan faktor dari luar atau lingkungan dipengaruhi oleh pengamatan yang
sistematis dan sejarah belajar dari teori behaviorisme begitu juga teori
psikologi kognitif menjelaskan tidak hanya mengamati tetapi menyimpan hasil
pengamatan tersebut.
B.
Saran-saran
1.
Terkadang kita merasa aneh dengan tingkah orang yang kita anggap
diluar kebiasaan padahal itu dipengaruhi dari berbagai sosial yang muncul.
2.
Teori yang diperkenalkan seharusnya kita telaah lebih dalam lagi
untuk kemanfaatan di kehidupan kita.
Daftar Pustaka
Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung:
Pustaka Setia, 2003
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi
Umum, yogyakarta: Andi Offset, 1986
[1] Bimo Walgito, Pengantar
Psikologi Umum, (yogyakarta: Andi Offset, 1986), 10
[2] AndaiYaniUBB,
http://kumpulanistilah.blogspot.com/2011/01/faktor-faktor-pembentuk-kepribadian.html
[3] Alex Sobur, Psikologi
Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 304
[4] Bimo Walgito, Pengantar
Psikologi Umum, 10
[5] Ibid, 11
[6] Ibid, 11
[7] Alex Sobur, Psikologi
Umum, 304
[8] Bimo Walgito, Pengantar
Psikologi Umum, 42
[9] Alex Sobur, Psikologi
Umum, 305
[10] Ibid
[11] Ibid
[12] Ibid, 306
[13] Ibid,
307
[14] Ibid
[15] Ibid, 308
[16] Ibid, 309
[17] Ibid, 309
[18] Ibid, 310
[19] Ibid, 311
[20] Ibid, 312
No comments:
Post a Comment