BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Petunjuk
pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam kesatuan pragmen tetapi ia
diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-Qur’an, sehingga untuk
menjelaskannya perlu melalui tema-tema pembahasan yang relevan dan ayat-ayat
yang memberikan informasi-informasi pendidikan yang dimaksud.
Al-Qur’an mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi
petunjuk kepada jalan yang lebih lurus (Q.S. Al-Israa: 19)
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ
مُؤْمِن ٌ فَأُوْلَائِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورا ً
“Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukupkan Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.”
Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.
“Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukupkan Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.”
Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.
Muhammad
Rasulullah dipandang sukses dalam mendidik masyarakatnya menjadi masyarakat
yang berbudi tinggi dan akhlak mulia. Pada mulanya masyarakat Arab adalah masyarakat jahiliyah, sehingga
perkataan primitif tidak cukup untuk menggambarkannya, hingga datang Rasulullah
yang membawa mereka untuk meninggalkan kejahiliahan tersebut dan mencapai suatu
bangsa yang berbudaya dan berkepribadian yang tinggi, bermoral serta memberi
pengetahuan.
Nabi
Muhammad Saw sebagai utusan Allah untuk manusia di bumi ini di beri kuasa oleh
Allah sebagai penerima wahyu, yang diberi tugas untuk mensucikan dan
mengajarkan manusia sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 151. Dalam ayat
tersebut mensucikan diartikan dengan mendidik, sedang mengajar tidak lain
kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dan
metafisika dan fisika.
Pada makalah
ini akan dibahas konsep pendidikan menurut Al-Qur’an yang akan mencoba
menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan konsep pendidikan yaitu dalam surat
Al-Baqarah ayat 31-34, surat Al-Baqarah ayat 129 dan 151, dan surat Luqman ayat
13-14.
B. Rumusan
Masalah
1. Pengertian Konsep dan
Pendidikan?
2. Konsep Pendidikan
Menurut Al-Qur’an?
3. Bagaimana Tafsir Ayat
Tentang Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian
Konsep dan Pendidikan
Konsep
berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang mendasari sekelas
sesuatu objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut juga berarti gambaran
yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu.
Dalam
kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan (1) rancangan atau buram surat
tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit (3)
gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada diluar bahasa yang
digunakan untuk memahami hal- hal lain.
Sedangkan
pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah suatu pimpinan jasmani dan
ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti
sesungguhnya.
Menurut
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 ayat 1, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kemudian
pengertian pendidikan Islam antara lain menurut Dr. Yusuf Qardawi sebagaimana
dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan
manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan
menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya,
manis pahitnya.
Endang
Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis, pendidikan Islam
sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan dan usulan) oleh subyek didik
terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi), dan raga
obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu,
dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah
terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam. Pendidikan
Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam
yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad Saw.
Sedangkan
menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan
pengertian pendidikan Islam sebagai: “bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan
jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”
Berdasarkan
beberapa pengertian diatas, terdapat perbedaan antara pengertian pendidikan
secara umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan secara umum merupakan proses pemindahan nilai-nilai budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perbedaan tersebut dalam hal
nilai-nilai yang dipindahkan (diajarkan). Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai
yang dipindahkan berasal dari sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah
dan Ijtihad.
Jadi,
pendidikan Islam merupakan proses bimbingan baik jasmani dan rohani berdasarkan
ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sesuai
dengan ukuran-ukuran Islam.
B. Konsep
Pendidikan Menurut Al-Qur’an
Merujuk
kepada informasi al-Qur’an pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini,
bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah
sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Konsep pendidikan al-Qur’an sejalan dengan
konsep pendidikan Islam yang dipresentasikan melalui kata tarbiyah, ta’lim dan
ta’dib.
Tarbiyah
berasal dari kata Robba, pada hakikatnya merujuk kepada Allah selaku Murabby
(pendidik) sekalian alam. Kata Rabb (Tuhan) dan Murabby (pendidik) berasal dari
akar kata seperti termuat dalam ayat al-Qur’an:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرا ً
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
Menurut Syed Naquib Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik, memelihara menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang dan tumbuhan. Sedangkan Samsul Nizar menjelaskan kata al-tarbiyah mengandung arti mengasuh, bertanggung jawab, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan dan memproduksi baik yang mencakup kepada aspek jasmaniah maupun rohaniah
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرا ً
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
Menurut Syed Naquib Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik, memelihara menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang dan tumbuhan. Sedangkan Samsul Nizar menjelaskan kata al-tarbiyah mengandung arti mengasuh, bertanggung jawab, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan dan memproduksi baik yang mencakup kepada aspek jasmaniah maupun rohaniah
Kata Rabb di
dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 169 kali dan dihubungkan pada obyek-obyek yang
sangat banyak. Kata
Rabb ini juga sering dikaitkan dengan kata alam, sesuatu selain Tuhan.
Pengkaitan kata Rabb dengan kata alam tersebut seperti pada surat Al-A’raf ayat
61:
قَالَ يَاقَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلاَلَة ٌ
وَلَكِنِّي رَسُول ٌ
مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“ Nuh menjawab: Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan Tuhan semesta alam.”
“ Nuh menjawab: Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan Tuhan semesta alam.”
Pendidikan
diistilahkan dengan ta’dib, yang berasal dari kata kerja “addaba” . Kata
al-ta’dib diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan
dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik (Samsul Nizar, 2001:
90). Kata ta’dib tidak dijumpai langsung dalam al-Qur’an, tetapi pada tingkat
operasional, pendidikan dapat dilihat pada praktek yang dilakukan oleh
Rasulullah. Rasul sebagai pendidik agung dalam pandangan pendidikan Islam,
sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau kepada manusia yaitu untuk
menyempurnakan akhlak (Jalaluddin, 2003: 125). Allah juga menjelaskan, bahwa
sesungguhnya Rasul adalah sebaik-baik contoh teladan bagi kamu sekalian.
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَة ٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Selanjutnya
Rasulullah Saw meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut kepada kedua
orang tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua sebagai
pendidik didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk kewajiban
orang tua terhadap anak, mencakup memelihara dan membimbing anak, dan
memberikan pendidikan akhlak kepada keluarga dan anak-anak.
Pendidikan
disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama berkonotasi pembelajaran
yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam kaitan pendidikan ta’lim
dipahami sebagai sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek
peningkatan intelektualitas peserta didik (Jalaluddin, 2003: 133). Proses
pembelajaran ta’lim secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an ketika
penciptaan Adam As oleh Allah Swt. Adam As sebagai cikal bakal dari makhluk
berperadaban (manusia) menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan
langsung dari Allah Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong. Sebagaimana
tertulis dalam surat
al-Baqarah ayat 31 dan 32:
وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ
عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَاؤُلاَء إِنْ كُنتُمْ
صَادِقِينَ
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”
قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا
عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“
Mereka menjawab, “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.”
Dari
ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Ketiga konsep tersebut menunjukkan hubungan teologis (nilai tauhid) dan
teleologis (tujuan) dalam pendidikan Islam sesuai al-Qur’an yaitu membentuk
akhlak al-karimah.
C. Ayat-ayat lain yang berhubungan dengan
pendidikan
1. Surat al-Baqarah ayat 129
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا ً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“ Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
“ Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Penjelasan
dari ayat diatas, makna Dia yakni Allah mengajar Adam nama-nama benda
seluruhnya, yakni memberinya potensi pengetahuan tentang nama-nama atau
kata-kata yang digunakan menunjuk benda-benda, atau mengajarkannya mengenal
fungsi benda-benda.
Ayat ini
menginformasikan bahwa manusia dianugerahi potensi untuk mengetahui nama
atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi angin
dan sebagainya. Dia juga dianugerahi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran
bahasa kepada manusia (anak-anak) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja,
tetapi mengajarnya terlebih dahulu nama-nama (yang mudah), seperti ini papa,
ini mama, itu pena, itu pensil dan sebagainya. Itulah sebagian makna yang
dipahami oleh para ulama dari firman-Nya: Dia mengajar Adam nama-nama (benda)
seluruhnya.
Bagi
ulama-ulama yang memahami pengajaran nama-nama kepada Adam As, dalam arti
mengajarkan kata-kata, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa kepada beliau
dipaparkan benda-benda itu, dan pada saat yang sama beliau mendengar suara yang
menyebut nama benda yang dipaparkan itu. Ada juga yang berpendapat bahwa Allah
mengilhamkan kepada Adam As nama benda itu pada saat dipaparkannya sehingga
beliau memiliki kemampuan untuk memberi kepada masing-masing benda nama-nama
yang membedakannya dari benda-benda yang lain. Pendapat ini lebih baik dari
pendapat pertama. Ia pun tercakup oleh kata mengajar karena mengajar tidak
selalu dimaknakan menyampaikan suatu kata atau idea, tetapi dapat juga berarti
mengasah potensi yang dimilki peserta didik sehingga pada akhirnya potensi itu
terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan.
Apapun
tafsiran ayat tersebut, namun yang pasti salah satu keistimewaan manusia adalah
kemampuannya mengekspresikan apa yang terlintas dalam benaknya serta
kemampuannya menangkap bahasa sehingga mengantarkannya untuk mengetahui. Kemampuan
manusia merumuskan idea dan memberi nama bagi segala sesuatu merupakan langkah
menuju terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan.
Kata
al-‘alim terambil dari akar kata ‘ilm berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan
keadaannya yang sebenarnya. Bahasa Arab menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf ‘ain, lam
dan mim dalam berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian
jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan. Allah Swt menamai dirinya “alim
karena pengetahuan-Nya yang amat jelas sehingga terungkap baginya hal-hal yang
sekecil-kecilnya apapun.
Pengetahuan
semua makhluk bersumber dari pengetahuan-Nya. “Allah mengetahui apa-apa yang
dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.”
Melalui
informasi ayat diatas, diketahui bahwa pengetahuan yang dianugerahkan Allah Swt
kepada Adam As, atau potensi untuk mengetahui segala sesuatu dari benda-benda
dan fenomena alam merupakan bukti kewajaran Adam As menjadi khalifah di muka
bumi ini.
Kekhalifahan
di bumi adalah kekhalifahan yang bersumber dari Allah Swt, yang antara lain
bermakna melaksanakan apa yang dikehendaki Allah menyangkut bumi ini. Dengan demikian pengetahuan atau
potensi yang dianugerahkan Allah itu merupakan syarat sekaligus modal utama
untuk mengelola bumi ini. Tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi
berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal, walau dia tekun
beribadah kepada Allah Swt, serupa dengan sujud dan ketaatan malaikat.
Akhirnya, Allah Swt, bermaksud menegaskan bahwa bui tidak dikelola semata-mata
hanya dengan tasbih dan tahmid tetapi dengan amal ilmiah dan ilmu amaliyah.
2. Surat
al-Baqarah ayat 151
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا ً مِنْكُمْ يَتْلُو
عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
“Sebagaimana (Kami telah
menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu
dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa
yang belum kamu ketahui.”
Adapun
surat al-Baqarah ayat 129 memuat tentang do’a nabi Ibrahim As supaya Allah
menurunkan di kalangan anak cucu keturunannya seorang Rasul yang menyampaikan
pokok-pokok pendidikan dan pengajaran agar mereka kembali kepada kesuciannya.
Dan Rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw, beliau membawa petunjuk
pendidikan dan pengajaran untuk dapat mereka pedomani dalam kehidupannya.
Rasul yang
domohonkan (Nabi Muhammad Saw) bertugas untuk terus membacakan kepada umatnya
ayat-ayat Allah baik berupa wahyu yang diturunkan, maupun alam raya yang
diciptakan, dan terus mengajarkan kepada mereka kandungan al-Kitab yaitu
al-Qur’an, atau tulis baca, dan al-Hikmah yakni Sunnah, atau kebijakan dan
kemahiran melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat serta menampik mudharat,
serta mensucikan jiwa umatnya dari segala macam kotoran, kemunafikan, dan
penyakit-penyakit jiwa.
Hal-hal
yang dimohonkan Nabi Ibrahim diatas, mempunyai keserasian perurutannya. Dimulai
dengan permohonan kehadiran rasul yang menyampaikan tuntunan Allah, yakni
membacakan Al-Qur’an, selanjutnya permohonan untuk mengajarkan makna dan
pesan-pesanya, kemudian pengetahuan yang menghasilkan kesucian jiwa, melalui
pengamalan sesuai dengan tuntunan Allah Swt.
Terdapat
banyak kaitan antara kandungan ayat 129 dan ayat 151. Pada ayat 151 menyucikan
ditempatkan pada peringkat kedua dari lima macam anugerah Allah dalam konteks
memperkenankan do’a Nabi Ibrahim, yaitu: Rasul dari kelompok mereka, membacakan
ayat-ayat Allah, menyucikan mereka, mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah,
mengajarkan apa yang mereka belum ketahui.
Kalimat
mengajarkan apa yang belum mereka ketahui merupakan nikmat tersendiri, mencakup
banyak hal dan melalui berbagai cara. Sejak awal diturunkannya al-Qur’an telah
mengisyaratkan dalam wahyu pertama (iqra’) bahwa ilmu yang dperoleh manusia
diraih dengan dua cara, pertama melalui upaya belajar mengajar dan yang kedua
anugerah langsung dari Allah berupa ilham dan intuisi.(M. Quraish
Shihab, vol,1, 2002, 361).
3. Surat Luqman ayat 13
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِه ِِ وَهُوَ يَعِظُه ُُ
يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيم
“Dan ingatlah ketika luqman
berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kedzaliman yang besar.”
Adapun
surat al-Baqarah ayat 129 memuat tentang do’a nabi Ibrahim As supaya Allah
menurunkan di kalangan anak cucu keturunannya seorang Rasul yang menyampaikan
pokok-pokok pendidikan dan pengajaran agar mereka kembali kepada kesuciannya.
Dan Rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw, beliau membawa petunjuk
pendidikan dan pengajaran untuk dapat mereka pedomani dalam kehidupannya.
Rasul yang
domohonkan (Nabi Muhammad Saw) bertugas untuk terus membacakan kepada umatnya
ayat-ayat Allah baik berupa wahyu yang diturunkan, maupun alam raya yang
diciptakan, dan terus mengajarkan kepada mereka kandungan al-Kitab yaitu
al-Qur’an, atau tulis baca, dan al-Hikmah yakni Sunnah, atau kebijakan dan
kemahiran melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat serta menampik mudharat,
serta mensucikan jiwa umatnya dari segala macam kotoran, kemunafikan, dan
penyakit-penyakit jiwa.
Hal-hal
yang dimohonkan Nabi Ibrahim diatas, mempunyai keserasian perurutannya. Dimulai
dengan permohonan kehadiran rasul yang menyampaikan tuntunan Allah, yakni
membacakan Al-Qur’an, selanjutnya permohonan untuk mengajarkan makna dan
pesan-pesanya, kemudian pengetahuan yang menghasilkan kesucian jiwa, melalui
pengamalan sesuai dengan tuntunan Allah Swt.
Terdapat
banyak kaitan antara kandungan ayat 129 dan ayat 151. Pada ayat 151 menyucikan
ditempatkan pada peringkat kedua dari lima macam anugerah Allah dalam konteks
memperkenankan do’a Nabi Ibrahim, yaitu: Rasul dari kelompok mereka, membacakan
ayat-ayat Allah, menyucikan mereka, mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah,
mengajarkan apa yang mereka belum ketahui.
Kalimat
mengajarkan apa yang belum mereka ketahui merupakan nikmat tersendiri, mencakup
banyak hal dan melalui berbagai cara. Sejak awal diturunkannya al-Qur’an telah
mengisyaratkan dalam wahyu pertama (iqra’) bahwa ilmu yang dperoleh manusia
diraih dengan dua cara, pertama melalui upaya belajar mengajar dan yang kedua
anugerah langsung dari Allah berupa ilham dan intuisi.
Secara garis besar nasehat dalam ayat tersebut berisi
tentang hal-hal berikut:
1. Masalah ketauhidan,
yaitu larangan menyekutukan Allah. Walaupun seandainya perintah menyekutukan
Allah datang dari orang tua (ibu dan bapak), maka perintah tersebut tetap harus
ditolak.
2. Kewajiban anak
untuk berbakti kepada ibu bapaknya dengan cara berlaku santun dan lemah lembut.
3. Menyangkut misi utama
kemanusiaan, yaitu berupa kewajiban menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.
4. Membangun
hubungan manusia dengan melakukan perbuatan baik, sikap dan perilaku dalam
pergaulan, serta kesedehanaan dalam berkomunikasi dengan sesama.
Isi nasehat ketiga diatas mengantarkan pada kejelasan makna bahwa ada patokan fundamental
tentang pendidikan dalam al-Qur’an. Pendidikan dapat disimpulkan sebagai suatu
peristiwa komunikasi yang berlangsung dalam situasi dialogis antara manusia
untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan konsep pendidikan menurut Al-Qur’an diarahkan
pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya mengabdi
kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didik yaitu potensi
intelektual, jiwa dan jasmani harus di bina secara terpadu dalam keselarasan,
keserasian dan keseimbangan yang tergambar dalam sosok manusia seutuhnya.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan Islam yang sejalan
dengan konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam tiga konsep yaitu
pendidikan tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Pendidikan dalam konsep tarbiyah
lebih menerangkan pada manusia bahwa Allah memberikan pendidikan melalui
utusan-Nya yaitu Rasulullah Saw dan selanjutnya Rasul menyampaikan kepada para
ulama, kemudian para ulama menyampaikan kepada manusia. Sedangkan pendidikan
dalam konsep ta’lim merupakan proses tranfer ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan intelektualitas peserta didik. Kemudian ta’dib merupakan proses
mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan akhlak peserta didik.
Konsep pendidikan menurut
al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan di dalam
Kitab al-Qur’an itu sendiri seperti pada ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu
surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151 menjelaskan tentang pelajaran yang
diberikan Allah kepada Nabi Adam As, dan pokok-pokok pendidikan yang diberikan
Rasul kepada umatnya. Surat Luqman ayat 13-14 berisi tentang konsep
pendidikan utama yakni pendidikan orang tua terhadap anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saefuddin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, Usaha
Enterprise, Jakarta: 1976
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu
--------, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu, 1998
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Gema Risalah Press, 1992
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003
Natsir, Muhammad, Kapita Selekta, Bandung, Gravenhage, 1954
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
Redaksi Penerbit, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Asa Mandiri, 2006
Shihab, Umar, Kontekstualitas Al-Qur’an; Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2005
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002 Vol. 1
--------, Tasfir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 11
-------, Membumikan Al-Qur’an, Bandung, Mizan: 1994
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu
--------, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu, 1998
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Gema Risalah Press, 1992
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003
Natsir, Muhammad, Kapita Selekta, Bandung, Gravenhage, 1954
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
Redaksi Penerbit, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Asa Mandiri, 2006
Shihab, Umar, Kontekstualitas Al-Qur’an; Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2005
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002 Vol. 1
--------, Tasfir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 11
-------, Membumikan Al-Qur’an, Bandung, Mizan: 1994
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989
2 comments:
terimakasih,,
izin menukil,,
mkasih,,
Post a Comment